KIMIA
ANALITIK 1
SENYAWA
ANTIBAKTERI GOLONGAN FLAVONOID DARI
BUAH BELIMBING
MANIS (Averrhoa carambola Linn.L)
Disusun oleh:
Siti Nur Hidayati A102.10.061
Siti Rahmawati A102.10.062
Suci Fitriana A102.10.063
Sularti A102.10.064
Ulfa Nur F.J A102.10.065
Vian Nugroho A102.10.065
Kelas 1B2
AKADEMI
ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA
TAHUN
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan atas karunia Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat, dan
nikmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Senyawa Antibakteri
Golongan Flavonoid dari Buah Belimbing Manis (Averrhoa
carambola Linn.L)
Makalah ini penulis buat sebagai salah satu
tugas mata kuliah Kiia Analitik. Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa
bantuan pihak-pihak yang rela meluangkan waktunya untuk membantu penulis. Maka
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Dosen pengajar mata kuliah Kimia
Analitik
2.
Orang tua tercinta yang memberikan
dorongan baik materiil maupun moril yang tak ternilai harganya.
3.
Teman-teman yang memberikan dorongan
dan semangat dalam pembuatan makalah ini.
4.
Pihak-pihak lain yang ikut membantu
dalam proses pembuatan makalahini.
Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna. Maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga
makalah ini berguna bagi penulis, pihak yang membantu, dan kepada siapa saja
yang membutuhkan.
Surakarta, November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang...................................................................................... 1
b.
Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN2
a.
Pengertian Flavonoid............................................................................ 2
b.
Bahan yang mengandung Flavonoid dan Kasiatnya............................ 2
c.
Klasifikasi Flavonoid............................................................................ 3
d. Sifat Fisika dan Kimia Senyawa
Flavonoid......................................... 4
e.
Uji flavonoid......................................................................................... 5
BAB II PENUTUP
a.
Kesimpulan......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Senyawa flavonoid aromatik
mengandung cincin karboaromatik yaitu cincin aromatic yang hanya terdiri dari
atom karbon seperti benzene, naftalen dan antrasen. Cincin karboaromatik ini
biasanya tersubstitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksil atau gugus lainnya
yang ekivalen ditinjau dari biogenetiknya. Oleh karena itu senyawa bahan alam
aromatic ini sering disebut sebagai senyawa-senyawa fenol walaupun sebagian
diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan
bebas.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud flavonoid dan
bagaimana Klasifikasinya ?
2. Flavonoid terkandung dalam bahan
apakah?
3. Apa kasiat dari Flavonoid?
4. Bagaimanakah sifat-sifat kimia dan
fisika dari flavonoid ?
5. Larutan apa yang digunakan sebagai
pengencer untuk pemeriksaan?
6. Bagaimana cara uji dari flavonoid?
7. Bagaimana hasil uji dari flavonoid?
8. Bagaimana cara isolasi senyawa
flavonoid?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Flavonoid
Flavonoid
merupakan sejenis senyawa fenol terbesar yang ada, senyawa ini terdiri dari
lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar bisa ditemukan dalam kandungan
tumbuhan.Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin P dan citrin, dan merupakan
pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang
dihasilkan.Bagian tanaman yang bertugas untuk memproduksi flavonoid adalah
bagian akar yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah yang bertugas untuk
menjaga dan memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah.
Senyawa
flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di alam.
Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat
warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
B. Bahan yang mengandung
Flavonoid dan Kasiatnya
Flavonoid
merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat
ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba,
rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak
zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal.
Tumbuhan belimbing manis (Averrhoa
carambola Linn.), dikenal dengan beberapa nama seperti belimbing
amis (Sunda), blimbing legi (Jawa), bainang sulapa (Makasar), dan balireng
(Bugis) (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002). Secara umum tumbuhan ini
digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisonal untuk mengobati
penyakit malaria, sakit tenggorokan, diare, luka, bisul, koreng, asma,
dan influenza (Sirait, 1989). Menurut Arisandi dan Yovita (2005) serta Hariana
(2004) bahwa tumbuhan belimbing manis memiliki efek farmakologis seperti
antiradang usus, antimalaria, antirematik, analgesik, peluruh liur, peluruh
kencing (diuretic), menghilangkan panas, dan sebagai pelembut kulit.
Bagian buah
secara
empiris juga dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk tekanan darah tinggi,
menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah kanker, memperlancar pencernaan,
obat batuk, peluruh air kencing, peluruh lemak, dan radang usus (Wiryowidagdo
dan Sitanggang, 2002; Arisandi dan Yovita, 2005; Rukmana, 1996). Radang usus
adalah suatu penyakit yang kemungkinan dapat disebabkan oleh bakteri, virus
atau parasit. Radang usus yang disebabkan oleh bakteri biasanya berasal dari
bakteri Eschericia coli dengan gejala yang muncul adalah diare (Agnes,
2006; Ismailfahmi, 2006). Efek farmakologis dari buah belimbing manis ini
kemungkinan disebabkan oleh salah satu atau gabungan beberapa senyawa kimia
yang terkandung didalamnya seperti; senyawa golongan flavonoid, alkaloid,
saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin A, B1 dan vitamin
C (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002).
Hasil uji skrining fitokimia pendahuluan
terhadap ekstrak kental metanol buah belimbing manis diketahui positif
mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid, dan, saponin, dengan
kemungkinan kandungan utamanya adalah flavonoid. Hal ini dilihat secara
kualitatif dari intensitas warna yang timbul setelah ditambahkan beberapa
pereaksi untuk deteksi senyawa golongan flavonoid. Berdasarkan pemanfaatannya
secara empiris yang salah satunya untuk mengobati penyakit radang usus yang
disebabkan oleh bakteri, serta hasil uji fitokimia pendahuluan yang menunjukkan
bahwa buah belimbing manis kemungkinan mengandung senyawa metabolit sekunder
yang utama adalah flavonoid, maka dalam penelitian ini akan dilakukan isolasi
senyawa golongan flavonoid dan menentukan aktivitas isolat flavonoid tersebut
terhadap bakteri Eschericia coli (E. coli) dan Staphylococus
aureus (S. aureus).
Sebagian
besar senyawa organik bahan alam adalah senyawa-senyawa aromatic.
Senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna alam yang menyebabkan warna
pada bunga, kayu pohon tropis, bermacam-macam kapang dan lumut termasuk zat
alizarin.
C. Klasifikasi Flavonoid
Flavonoid
merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar luas. Sekitar
5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan struktur kimia dan
peran biologi yang sangat beragam Senyawa ini dibentuk dari jalur shikimate dan
fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif biosintesis. Flavonoid banyak
terdapat dalam tumbuhan hijau (kecuali alga), khususnya tumbuhan berpembuluh.
Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar,
kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah buni dan biji. Kira-kira 2% dari
seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan diubah menjadi
flavonoid. Flavonoid merupakan turunan fenol yang memiliki struktur dasar
fenilbenzopiron (tokoferol), dicirikan oleh kerangka 15 karbon (C6-C3-C6) yang
terdiri dari satu cincin teroksigenasi dan dua cincin aromatis. Substitusi
gugus kimia pada flavonoid umum- nya berupa hidroksilasi, metoksilasi, metilasi
dan glikosilasi. Klasifikasi flavonoid sangat beragam, di antaranya ada yang
mengklasifikasikan flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavanol,
flavanon, antosianin, dan kalkon. Lebih dari 6467 senyawa flavonoid telah
diidentifikasi dan jumlahnya terus meningkat. Kebanyakan flavonoid berbentuk
monomer, tetapi terdapat pula bentuk dimer (biflavonoid), trimer, tetramer, dan
polimer. Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal
dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoida yang terbesar jumlahnya
dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman,
dimana posisi orto dari dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin
B dari 1,3 diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk
cincin heterosiklik yang baru (cincin C). Senyawa-senyawa flavonoid terdiri
dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari
system 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang
banyak ditemukan di alam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama.
Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi,
alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut. Senyawa-senyawa
isoflavonoida dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan,
terutama suku leguminosae.
D. Sifat Fisika dan Kimia Senyawa Flavonoid
Flavonoid
merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak
asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa
polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut
dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil
sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang
terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah
larut dalam air.
Pemisahan
senyawa golongan flavonoid berdasarkan sifat kelarutan dalam berbagai macam
pelarut dengan polaritas yang meningkat adalah sebagai berikut :
1.
Flavonoid bebas dan aglikon,dalam eter .
2. O-Glikosida,dalam etil asetat.
3. C-Glikosida dan leukoantosianin
dalambutanol dan amil alkohoI.
Oleh karena itu banyak keuntungan ekstraksi dengan polaritas
yang meningkat.
E.
Uji flavonoid
Bahan yang
digunakan dalam penelitian adalah buah belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.)
Bahan kimia yang digunakan adalah metanol (MeOH), n-heksana, dan kloroform
(CHCl3) yang berderajat p.a dan teknis, asam asetat p.a., n-butanol
p.a., asam kolrida pekat, natrium hidroksida, serbuk magnesium, asam sulfat
pekat, kalium bromida, akuades, natrium asetat anhidrat, asam borat anhidrat,
aluminium klorida, silika gel 60 (E.Merck 70-230 mesh), dan silika gel GF254
(E. Merck).
Peralatan yang digunakan meliputi:
·
seperangkat alat
gelas
|
·
desikator
|
·
neraca analitik
|
·
tabung reaksi
|
·
Blender
|
·
plat tetes
|
·
Pisau
|
·
batang pengaduk
|
·
penguap putar vakum
|
·
botol semprot
|
·
lampu UV
|
·
pipa kapiler
|
·
seperangkat alat
kromatografi lapis tipis dan kolom
|
·
spektrofotometer
UV-Vis Secoman S 1000 PC dan spektrofotometer Jasco FTIR-5300.
|
1. Secara
bertahap sebanyak 10 Kg irisan tipis buah belimbing manis dihaluskan dengan
cara diblender dan ditambahkan metanol teknis sebagai pelarut. Proses maserasi
cara basah ini
dilakukan
6 (enam) kali dengan setiap kali maserasi menggunakan 4 L MeOH.
2. Ekstrak
MeOH yang diperoleh dipekatkan dengan penguap putar vakum pada suhu 600
C sampai diperoleh ekstrak kental MeOH.
3. Ekstrak
kental MeOH disuspensikan kedalam campuran pelarut MeOH-H2O (7:3) kemudian
dipartisi dengan nheksana (10 x 25 mL).
4. Ekstrak n-heksana yang diperoleh diuapkan
sampai kental, sedangkan bagian MeOH-H2O diuapkan sampai semua MeOH habis
menguap. Bagian ekstrak air yang tersisa dipartisi (8 x 25 mL) dengan kloroform
(CHCl3) sehingga didapat ekstrak air dan ekstrak kloroform yang selanjutnya
masing-masing ekstrak tersebut diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental air dan ekstrak kental
kloroform.
5. Masing-masing ekstrak kental yang diperoleh
(ekstrak kental n-heksana, ekstrak kental kloroform dan ekstrak kental
air) dilakukan uji fitokimia flavonoid.
6. Ekstrak
yang positif flavonoid dilanjutkan untuk dipisahkan dan dimurnikan dengan
teknik kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel 60 dan fase gerak
campuran dari n-butanol-asam asetat-air (4:1:5) Tiap fraksi hasil pemisahan
kromatografi kolom diuji flavonoid dan fraksi yang positif flavonoid setelah
relatif murni kemudian diidentifikasi menggunakan alat spektrofotometer UV-vis
dan Inframerah, serta uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Eschericia
coli (E. coli) dan Staphylococus aureus (S. aureus).
1.
Isolasi Senyawa
Flavonoid dari Buah Belimbing Manis
Radang usus yang
disebabkan oleh bakteri biasanya berasal dari bakteri Eschericia coli dengan
gejala yang muncul adalah diare (Agnes, 2006; Ismailfahmi, 2006). Efek
farmakologis dari buah belimbing manis ini kemungkinan disebabkan oleh salah
satu atau gabungan beberapa senyawa kimia yang terkandung didalamnya seperti;
senyawa golongan flavonoid, alkaloid, saponin,
protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin A, B1 dan vitamin C
(Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002).
Hasil uji skrining fitokimia pendahuluan
terhadap ekstrak kental metanol buah belimbing manis diketahui positif
mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid, dan, saponin, dengan
kemungkinan kandungan utamanya adalah flavonoid. Hal ini dilihat secara
kualitatif dari intensitas warna yang timbul setelah ditambahkan beberapa
pereaksi untuk deteksi senyawa golongan flavonoid.
Berdasarkan
pemanfaatannya secara empiris yang salah satunya untuk mengobati penyakit
radang usus yang disebabkan oleh bakteri, serta hasil uji fitokimia pendahuluan
yang menunjukkan bahwa buah belimbing manis kemungkinan mengandung senyawa
metabolit sekunder yang utama adalah flavonoid, maka dalam penelitian ini akan
dilakukan isolasi senyawa golongan flavonoid dan menentukan aktivitas isolat
flavonoid tersebut terhadap bakteri Eschericia coli (E. coli)
dan Staphylococus aureus (S. aureus).
Hasil maserasi
cara basah dari 10 Kg irisan buah belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.)
yang menggunakan total pelarut MeOH sebanyak 24 L, diperoleh sekitar 140,56 g
ekstrak kental metanol yang berwarna coklat kemerahan. Hasil partisi dari
ekstrak MeOH-H2O (7:3) menggunakan pelarut berturut-turut n-heksana
dan kloroform (CHCl3) diperoleh ekstrak kental n-heksana yang
berwarna kuning sebanyak 0,10 g, ekstrak kental kloroform yang berwarna kuning
sebanyak 0,07 g dan ekstrak kental air yang berwarna coklat kemerahan sebanyak
48,01 g. Hasil uji flavonoid dari ketiga ekstrak kental yang diperoleh
menunjukkan bahwa ketiga ekstrak tersebut positif mengandung senyawa golongan
flavonoid dengan indikasi beberapa perubahan warna setelah ditambahkan dengan
pereaksi-pereaksi flavonoid seperti yang dipaparkan pada Tabel 1.
Tabel
1. Hasil uji fitokimia flavonoid ketiga ekstrak hasil partisi dengan beberapa
pereaksi
No
|
Ekstrak Kental
|
|
Perubahan Warna dengan Pereaksi
|
|
|
|
|
Mg-HCl
|
H2SO4 pekat
|
NaOH 10%
|
Keterangan
|
1
|
n-heksana
|
Bening-orange
|
Bening-orange
|
Bening-kuning
muda
|
(+) Flavonoid
|
2
|
Kloroform
|
Bening-merah
muda
|
Bening-orange
|
Bening-kuning muda
|
(++) Flavonoid
|
3
|
Air
|
Bening-merah magenta
|
Bening-orange
|
Bening-kuning
|
(+++) Flavonoid
|
Catatan:
(+) intensitas warna lemah; (++) intensitas warna sedang; (+++) intensitas
warna kuat.
Oleh karena jumlah ekstrak kental air
paling banyak yaitu 48,01 g dan secara kualitatif intensitas warna yang timbul
setelah penambahan pereaksi flavonoid paling kuat, maka dapat diduga
kemungkinan dalam ekstrak kental air mengandung komponen flavonoid yang paling
dominan (mayor). Hasil pemisahan terhadap 2,12 g ekstrak kental air
menggunakan teknik kromatografi kolom
dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak campuran dari nbutanol- asam
asetat-air (4:1:5) diperoleh 8 (delapan fraksi) dengan pola noda yang berbeda seperti
yang dipaparkan pada Tabel 2.
Tabel
2. Perolehan berat masing-masing fraksi hasil kromatografi kolom (100 g fase
diam silika gel 60, 70-100 mesh; panjang dan diameter kolom berturut-turut 43
cm dan 2 cm, fase gerak n-butanolasam asetat-air (4:1:5)) dari ekstrak kental
air
Fraksi
|
Berat
(g)
|
Warna
|
Jumlah
Noda
|
Harga
Rf
|
FA
(22-34)
|
0,0622
|
Kuning muda
|
1
|
0,61
|
FB
(36-52)
|
0,2027
|
Orange
|
1
|
0,51
|
FC
(54-56)
|
0,0745
|
Kuning
|
3
|
0,51;
0,39; 0,18
|
FD
(58-70)
|
0,0901
|
Kuning
Orange
|
2
|
0,39;
0,18
|
FF
(80-92)
|
0,1316
|
Orange
|
1
|
0,18
|
FG
(94-108
|
0,0618
|
Kuning
|
2
|
0,14; 0,08
|
FH
(110-191)
|
0,6491
|
Orange
kecoklatan
|
1
|
0,08
|
Tabel
3. Hasil uji fitokimia flavonoid terhadap fraksi-fraksi hasil kromatografi
kolom
No
|
Fraksi
(F)
|
|
Perubahan
Warna dengan Pereaksi
|
|
Keterangan
|
|
|
Mg-HCl
|
H2SO4
pekat
|
NaOH
10%
|
|
1
|
FA
|
Bening-kuning
|
Bening-orange
|
Bening-kuning
muda
|
(+)
Flavonoid
|
2
|
FB
|
Bening-merah
|
Bening-orange
Kecoklatan
|
Bening-orange
kemerahan
|
(+++)
Flavonoid
|
3
|
FC
|
Bening-merah
muda
|
Bening-orange
|
Bening-kuning
muda
|
(++)
Flavonoid
|
4
|
FD
|
Bening-bening
|
Bening-orange
|
Bening-putih
|
(-)
Negatif
flavonoid
|
5
|
FE
|
Bening-orange
|
Bening-orange
|
Bening-kuning
|
(++)
Flavonoid
|
6
|
FF
|
Bening-kuning
orange
|
Bening-kecoklatan
|
Bening-kuning
muda
|
(++)
Flavonoid
|
7
|
FG
|
Bening-bening
|
Bening-kuning
|
Bening-bening
|
(-)Negatif
flavonoid
|
8
|
FH
|
Bening-merah
|
Bening-orange
|
Bening-kuning
|
(+++)
Flavonoid
|
Catatan:
(+) intensitas warna lemah; (++) intensitas warna sedang; (+++) intensitas
warna kuat
Hasil uji fitokimia flavonoid pada
delapan fraksi diatas menunjukkan hanya 6 (enam) fraksi yang positif flavonoid
terhadap pereaksi Willstatter (Mg-HCl pekat), H2SO4
pekat, dan larutan NaOH 10% selengkapnya dipaparkan pada Tabel 3. Secara
kualitatif dari intensitas warna menunjukkan bahwa Fraksi FB dan FG dapat
dipastikan mengandung flavonoid. Dengan mempertimbangkan jumlah noda dan berat
fraksi dari delapan fraksi tersebut, maka fraksi FB dengan berat 0,2027 g
dilanjutkan untuk diidentifikasi.
- Identifikasi
Isolat (Fraksi FB)
Sebelum diidentifikasi Fraksi FB diuji
kemurnian secara kromatografi lapis tipis (KLT) pada berbagai fase gerak yaitu:
n-butanol-asam asetat-air (4:1:5), kloroform-metanol (2:8); nbutanol- kloroform
(1:1); metanol-asam asetat-air (3:1:5); dan n-heksana-kloroform-metanol
(2:2:1). Hasil uji kemurnian menunjukkan FB relatif murni secara KLT karena
tetap memberikan noda tunggal. Hasil spektrum inframerah menunjukkan bahwa
isolat kemungkinan mengandung beberapa gugus fungsi seperti –OH (3434,0 cm-1)
yang didukung juga oleh munculnya serapan pada daerah bilangan gelombang 1102,0
cm-1 untuk ikatan C-O alkohol. Gugus C-H aromatik muncul pada daerah bilangan
gelombang 3060,1cm-1. Ikatan C-H alifatik muncul pada 2924,6 cm-1 dan diperkuat dengan munculnya serapan bending
pada daerah bilangan gelombang 1385,4 cm-1. Gugus dari ikatan C=C aromatik
ditunjukkan dengan munculnya serapan pada daerah bilangan gelombang 1636,0
cm-1. Spektrum inframerah dari isolat (Fraksi FB) dipaparkan pada Gambar 1 dan
analisisnya pada Tabel 4.

Gambar
1. Spektrum inframerah isolat (Fraksi FB ) dengan pelet KBr
Tabel
4. Analisis spektrum inframerah senyawa hasil isolasi (Fraksi FB)
No
|
Bilangan Gelombang (cm-1)
|
|
Bentuk
|
Kemungkinan
|
|
Pada Spektra
|
Pada Pustaka
(Sastrohamidjojo, 1997;
Lambert et al., 1976)
|
Pita
|
Gugus Fungsi
|
1
|
3434,0
|
3000-3500
|
Melebar
|
-OH
|
2
|
3060,1
|
3050-3150
|
Tajam
|
-CH aromatik
|
3
|
2924,6
|
2700-3010
|
Tajam
|
-C-H alifatik streching
|
4
|
1636,0
|
1450-1650
|
Sedang
|
-C=C- aromatik
|
5
|
1385,4
|
1300-1475
|
Sedang
|
-C-H- alifatik bending
|
6
|
1102,0
|
1000-1300
|
Sedang
|
-C-O- alkohol
|
Hasil analisis menggunakan
spektrofotometri UV-vis isolat memberikan 2 pita serapan yang karakteristik
untuk senyawa flavonoid golongan katekin, yaitu serapan pada panjang gelombang
278,9 nm (pita I), dan 203,8 nm (pita II). Menurut Tempesta dan Michael (2007)
senyawa flavonoid golongan katekin mempunyai serapan maksimum pita I pada
panjang gelombang 275-280 nm dan serapan pita II pada panjang gelombang 202-204
nm. Dugaan golongan katekin dari isolat (fraksi FB) juga didukung dengan data
spektrum inframerah yang menunjukkan tidak adanya serapan gugus C=O pada daerah
bilangan gelombang sekitar 1600- 1700 cm-1, yang mana katekin merupakan salah
satu senyawa flavonoid yang tidak mempunyai gugus karbonil (C=O) pada kerangka
dasarnya. Pola oksigenasi atau kemungkinan letak substituen gugus hidroksi (OH)
pada kerangka katekin diperoleh dari beberapa pereaksi diagnostik/ pereaksi
geser seperti: NaOH, NaOAc, NaOAc-H3BO3, AlCl3, dan AlCl3-HCl. Hasil pergeseran
panjang gelombang setelah penambahan tiap-tiap pereaksi geser tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemungkinan letak substituen gugus hidroksi pada kerangka
katekin adalah pada posisi atom C-3, C-7 dan C-4’. Spektrum UV-vis sebelum dan
sesudah penambahan pereaksi geser dan data tabulasinya dipaparkan pada Gambar 2
dan Tabel 5 sebagai berikut:

Gambar
2. Spektrum spektrofotometri UV-vis isolat (UV-vis Secoman S 1000 PC)
Tabel
5. Data spektrum UV-Vis dari isolat (fraksi FB) sebelum dan sesudah penambahan
pereaksi geser
|
Panjang
Gelombang
maks
(nm)
|
|
Geseran
Panjang Gelombang
maks
(nm)
|
|
Isolat
(fraksi FB)
|
Pita
I
|
Pita
II
|
Pita
I
|
Pita
II
|
+
Metanol
|
203,8
|
278,9
|
|
|
+Metanol
+NaOH
|
208,4
|
282,6
|
+
4,6
|
+
3,7
|
+
Metanol + NaOH (5 menit)
|
207,8
|
282,7
|
+
4,0
|
+
3,8
|
+
Metanol
|
203,8
|
278,9
|
|
|
+
Metanol + NaOAc
|
207,1
|
279,8
|
+
3,3
|
+
0,9
|
+ Metanol + NaOAc + H3BO3
|
208,5
|
281,6
|
+
4,7
|
+
2,7
|
+
Metanol
|
203,8
|
278,9
|
|
|
+Metanol
+
AlCl3
|
203,2
|
278,1
|
-
0,6
|
-
0,8
|
+Metanol
+
AlCl3
+
HCl
|
203,4
|
278,8
|
-
0,4
|
-
0,1
|
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian
yang telah dilakukan adalah sebagai beriktu:
1.
Isolat flavonoid fraksi FB dari ekstrak kental air buah belimbing manis diduga
termasuk golongan katekin dengan kemungkinan terdapat gugus hidroksi pada C-3,
C-7, dan C-4’. Identifikasi dengan spektrofotometer inframerah diduga bahwa
isolat flavonoid mengandung gugus OH, C-H aromatik, C-H
alifatik, C=C aromatik, C-O alkohol, dan tidak
adanya gugus C=O
2.
Isolat flavonoid Fraksi FB dari ekstrak kental air buah belimbing manis diduga
dapat menghambat bakteri gram positif dan gram negatif, masing-masing mulai
dari konsentrasi 500 ppm dan 100 ppm
DAFTAR
PUSTAKA
Lenny,
Sofia. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoid dan Alkaloid
Rukmana,
R.1996. Belimbing. Kanisius: Yogyakarta
Sastrohamidjojo,
H.1991. Spektroskopi Edisi II.
Liberty: Yogyakarta
Sastrohamidjojo, Harjoko. 1996. Sintesis
Bahan Alam. Gadja Mada University Press : Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar